Dalam Perjalanan
Dalam Perjalanan
Orang yang telah selesai makan pagi dan telah berbenah
diri, siap menyambut berbagai tantangan di tempat kerja mereka, sekolah, atau
tempat lainnya. Sebagian besar orang memperoleh yang mereka butuhkan sebelum
hari itu berakhir. Allah menggambarkan keadaan ini dalam Al Qur’an:
Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).
(QS Al Muzzammil, 73:7)
… dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (QS. al-Furqan, 25:47)
Orang beriman melihat hari di hadapannya sebagai
kesempatan untuk meraih cinta dan ridha Allah serta untuk mendapatkan Surga.
Untuk itu dia perlu bekerja keras melakukan pekerjaan yang baik. Bagaimanapun
sibuknya, dia tetap waspada agar tidak lalai dari mencari ridha Allah. Dia
meneladani doa Nabi Sulayman AS, sebagaimana difirmankan dalam ayat ke-19 Surat
An Naml, dengan harapan bahwa Allah akan memberinya petunjuk dalam kegiatannya
sepanjang hari:
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku, dan untuk
mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu
ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS An Naml, 27:19)
Setiap orang yang meninggalkan rumah menuju ke sekolah
atau bekerja, akan menghadapi banyak orang, hal, dan kejadian yang dapat
direnungkan. Setiap hal yang dilihat oleh seorang manusia ada dalam pengetahuan
Allah, muncul atas kehendak-Nya, dan terjadi dengan alasan tertentu. Maka,
ketika orang beriman memandang ke langit dalam renungan ini, dia melihat bahwa
semua itu telah diciptakan dengan cara yang menakjubkan. Dia memahami bahwa
kebenaran ayat berikut berada di hadapannya: "Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang
terpelihara…" (QS Al Anbiya', 21:32)
Fungsi langit sebagai sebuah “atap yang terpelihara”
disebabkan oleh atmosfernya. Atmosfer ini menutupi bola bumi dan melakukan
tugas pentingnya agar manusia bertahan hidup. Atmosfer menolak sinar yang
datang dari luar angkasa yang berbahaya bagi makhluk hidup. Atmosfer
menghancurkan meteor besar dan kecil yang menuju ke bumi dan mencegah meteor
agar tidak mengancam bumi dan makhluk di dalamnya. Atmosfer juga melindungi
bumi dari suhu yang membekukan (sekitar minus 270 derajat Celcius) di luar
angkasa. Walaupun sebagian orang tidak peduli akan hal ini sebagaimana
mestinya, Allah telah menciptakan sebuah lingkungan yang cocok untuk kita dan
melindungi kita dari ancaman yang mungkin datang dari langit.
Dalam Al Qur’an, Allah menerangkan bahwa orang beriman
yang mengamati langit akan segera memahami bukti bahwa langit adalah ciptaan
yang paling selaras dan sempurna.
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu
dengan tidak menemukan sesuatu cacat, dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan
payah. (QS Al Mulk, 67:3-4)
Allah berfirman dalam Al Qur’an bahwa terdapat
tanda-tanda dalam penciptaan langit dan bumi bagi mereka yang mengamatinya
dengan iman.
Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka, bagaimana
Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai
retak-retak sedikit pun? Dan Kami hamparkan bumi itu, dan Kami letakkan padanya
gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang
indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi setiap hamba
yang kembali (mengingat Allah). (QS Qaf, 50:6-8)
Orang beriman yang dengan seksama melayangkan
pandangannya dari langit ke bumi akan melihat bukti lain dari penciptaan-Nya.
Di bawah bumi tempat dia berjalan di atasnya dengan percaya diri terdapat
sebuah lapisan batu meleleh yang luar biasa panasnya disebut “magma”. Sebagai
perbandingan dengannya, kerak bumi sangatlah tipis, yang artinya bahwa batu
meleleh ini berada sangat dekat di bawah kaki kita. Jadi, ketebalan kerak bumi
dibandingkan dengan bagian dalam bumi itu sendiri dapat diibaratkan dengan
ketebalan kulit apel dibandingkan dengan keseluruhan apel. Orang beriman yang
memikirkan hal ini akan sangat paham bahwa dunia dan seluruh makhluk hidup di
dalamnya ada karena keseimbangan sempurna yang telah Allah ciptakan berdasarkan
kehendak-Nya, dan setiap ciptaan dapat terus hidup dengan aman karena kehendak
Allah.
Orang beriman yang melihat dengan mata yang penuh renungan
akan memperhatikan keindahan di sekelilingnya dan ciptaan yang menakjubkan.
Misalnya, karena merupakan nikmat Allah, burung di langit, buah-buahan yang
menghiasi jendela pajang toko dengan warnanya yang menarik, dan bau sedap yang
berasal dari toko roti punya makna bagi orang beriman. Makna ini tidak dapat
dimengerti oleh orang lain.
Orang beriman yang merenungkan berbagai macam bukti yang
tidak terhitung jumlahnya yang dia temui selagi berjalan di jalanan juga akan
berhati-hati dalam berperilaku. Sebagai contoh, dia akan berjalan tanpa
menyombongkan diri atau pamer karena Allah berfirman dalam sebuah ayat: “Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan…" (QS Luqman, 31:19). Orang yang rendah hati patuh pada
perintah Allah dan, seperti dalam aktivitas-aktivitasnya yang lain, tidak
berlebihan dalam cara berjalan. Hal ini dapat disukai dalam pandangan Allah
maupun di mata orang beriman.
Orang beriman mengetahui bahwa Allah telah menciptakan
manusia dan mengaruniai mereka dengan semua sifat-sifatnya. Namun orang-orang
yang tidak mengikuti ajaran Al Qur’an tidak akan peduli pada kenyataan ini dan
menganggap bahwa sifat yang ada pada mereka merupakan milik mereka sendiri.
Orang-orang yang berpikir bahwa kecantikan, kemakmuran, pengetahuan, dan
kesuksesan mereka adalah milik mereka sendiri menjadi bangga dan sombong.
Karena kesombongan tersebut, mereka ingin menunjukkan keunggulan mereka dengan
menindas orang lain. Tingkah laku ini terlihat dari cara mereka berjalan
sebagaimana cara mereka berbicara dan bertindak. Padahal, semua orang tidak ada
artinya di hadapan ilmu dan kekuasaan Allah. Kita membutuhkan Allah di tiap
saat dalam hidup kita. Dalam Al Qur’an, Allah memperingatkan kita mengenai hal
ini dan melarang kita untuk bersikap sombong:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqman, 31:18)
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung. (QS Al Isra', 17:37)
Setiap orang yang hidup berdasarkan ajaran Al Qur’an
selalu menyadari ketidakberdayaannya, dan dia hidup berdasarkan kehendak Allah.
Hanya Tuhan Semesta Alam saja yang telah memberikan apa yang dia miliki. Dan
karena dia hidup dalam kesadaran ini, dia memahami semua yang terjadi di
sekitarnya berdasarkan Al Qur’an.
Jelaslah bahwa seseorang tidak dapat menempuh jarak jauh
dengan berjalan kaki dalam sehari. Mudah untuk menempuh jarak yang dekat.
Kemampuan untuk berjalan memang merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah.
Namun, manusia tidak mampu berkelana menempuh jarak yang sangat jauh dengan
berjalan kaki. Tubuh mereka akan menjadi lelah dan dalam batas tertentu tidak
mampu berjalan lebih jauh lagi. Allah mengetahui kelemahan hamba-hamba-Nya ini
dan telah menciptakan binatang dan kendaraan untuk membawa mereka, dan telah
membuat transportasi menjadi mudah. Berikut adalah beberapa ayat Al Qur’an yang
terkait dengan nikmat Allah yang menunjukkan kemuliaan, kasih sayang, dan belas
kasih-Nya kepada hamba-Nya:
Dan mereka (ternak-ternakmu) memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang
kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang
menyulitkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang
kamu tidak mengetahuinya. (QS An Nahl,
16:7-8)
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu
kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. (QS Az Zukhruf, 43:12)
Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada
di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia
menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
Manusia. (QS Al Hajj, 22:65)
Dengan menggunakan akal, jelaslah bagi kita bahwa
Allah-lah Yang telah menciptakan bahan-bahan seperti besi dan baja yang
memiliki kemampuan tertentu, dan mengilhami manusia untuk memanfaatkannya dalam
menciptakan bermacam-macam kendaraan. Dan dengan kehendak Allah pula orang
membuat kendaraan seperti mobil, bus, kereta, kapal dan pesawat terbang. Ya,
Allah telah mempermudah kita untuk menempuh perjalanan yang tidak mungkin kita
lakukan seorang diri. Apa yang harus kita lakukan sebagai balasan atas nikmat
ini adalah dengan mengingat Allah di saat kita naik ke atas kendaraan, memuji
nama-Nya, dan berterima kasih kepada-Nya. Allah berfirman kepada kita mengenai
ini:
Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu
apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha
Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya." (QS Az Zukhruf, 43:13)
Berjalan jauh masa kini jauh lebih cepat, mudah dan
nyaman daripada masa lalu. Bagi orang yang hidup sesuai dengan ajaran Al
Qur’an, merenungkan hal ini merupakan cara penting untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan ikhlas atas segala nikmat-Nya.
Orang beriman juga mengingat Allah ketika dia berada
dalam perjalanan. Dia merenungkan orang di sampingnya yang mengemudikan mobil,
model dan warna mobil tersebut, mobil lain dan orang di sekelilingnya,
pergerakan mereka, tulisan di jendela belakang mobil yang ada di depannya,
barisan bangunan sepanjang jalan, bentuknya, jendelanya, papan reklame, dan
tulisan yang ada padanya. Semuanya telah diciptakan oleh Allah atas
perintah-Nya. Allah menyampaikan ini kepada manusia dalam ayat berikut:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS Al Qamar,
54:49)
Allah menciptakan benda-benda yang kita temui setiap saat
dalam hidup kita, bukan hanya untuk orang tertentu, tetapi juga untuk miliaran
manusia di bumi. Bagi seseorang yang hidup mengikuti ajaran Al Qur’an,
memikirkan hal ini adalah sebuah jalan baginya untuk mengetahui bahwa Allah
senantiasa berada di sisinya, dan Dia melihat setiap gerak-gerik dan
perbuatannya. Karena kesadaran akan kenyataan ini senantiasa bersamanya
sepanjang hari, kemacetan, atau kendaraan yang mengambil jalurnya, atau
kesulitan lain yang dia alami tidak akan mengubah sikap berserah dirinya kepada
Allah.
Sebagian orang memandang ketidakberuntungan kecil saja
sebagai sebuah hambatan besar. Mereka menjadi tidak sabar dan terkadang
kehilangan kendali atas diri sendiri, bertingkah laku secara tidak masuk akal.
Mereka mungkin mulai menggerutu sendiri atau berteriak. Mereka tidak memiliki
kesabaran saat mereka terjebak dalam kemacetan dan mereka menunjukkannya dengan
membunyikan klakson terus-menerus dan mengganggu orang lain. Semua itu adalah
karena mereka telah lupa bahwa segalanya berada dalam kendali Allah.
Bagi orang yang berpaling dari Allah, transportasi
bukanlah sebuah nikmat, melainkan sebuah gangguan dan hal yang menjengkelkan.
Misalnya, lubang di jalan, kemacetan lalu-lintas, hujan angin tiba-tiba dan
banyak hal lainnya memenuhi pikirannya sepanjang hari. Padahal, pikiran yang
tak berguna ini tidaklah bermanfaat baginya, baik dalam kehidupan ini maupun
kehidupan yang akan datang. Sebagian orang mengaku bahwa hal utama yang
mencegah mereka dari berpikir terlalu dalam mengenai masalah ini adalah
perjuangan yang mereka lakukan di dunia. Karena waktu yang harus mereka
korbankan untuk memenuhi kebutuhan makan, tempat tinggal dan kesehatan, mereka
mengaku tidak punya waktu untuk berpikir mengenai keberadaan Allah atau
bukti-bukti yang menuntun kepada iman. Namun ini tak lain hanyalah tindakan
menghindari tanggung jawab. Tugas seseorang sebagai kepala keluarga dan jabatannya
tidak ada hubungannya dengan berpikir. Seseorang yang, dalam rangka meraih
ridha Allah, memikirkan bukti-bukti yang menuntun kepada iman, perintah Allah,
akhirat, kematian, dan merenungkan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya
dalam kehidupan ini, akan mendapatkan pertolongan Allah bagi dirinya. Dia akan
melihat bahwa banyak permasalahannya dapat dengan mudah diselesaikan dan dia
akan mampu meluangkan waktu dan istirahat untuk merenung.
Orang beriman tidak pernah lupa bahwa Allah telah
menciptakan setiap situasi yang dialaminya sepanjang hari. Tujuan dari
penciptaan tersebut adalah agar kita bersabar atau menggunakan pikiran kita
untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang paling disukai Allah. Apabila ada
masalah yang tidak mampu diselesaikan seorang diri, maka yang harus dilakukan
adalah bersabar. Marah, berteriak, dan menghujat seperti yang dilakukan
sebagian orang, adalah keliru dan tidak ada artinya karena dapat membahayakan
diri mereka sendiri atau orang lain.
Salah jika ada orang yang menganggap bahwa cobaan hanya
muncul dalam bentuk kepedihan yang luar biasa dan tragedi sebagai ujian bagi
kesabaran kita. Allah menguji manusia sepanjang hari dengan berbagai cobaan,
baik yang besar maupun kecil. Jadi, hal yang menjengkelkan seperti terjebak kemacetan
atau terlambat menuju suatu tempat dan kecelakaan kecil adalah ujian bagi
manusia. Namun, dalam situasi ini, mereka yang hidup sesuai dengan ajaran Al
Qur’an tidak merasa jengkel dan tetap bersabar tanpa berkeluh-kesah. dalam Al
Qur’an, Allah menerangkan bahwa salah satu sifat orang beriman adalah tetap
bersabar dengan cobaan yang datang kepada mereka:
(yaitu) orang-orang yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa
yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang, dan orang-orang
yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. (QS
Al-Hajj, 22:35)
Dalam menghadapi kecelakaan lalu lintas yang mungkin
mereka alami, orang beriman menjaga ketenangan mereka dan berserah diri kepada
takdir, tidak dalam arti diam saja, tetapi secara realistis menerima apa yang
telah Allah tentukan pada mereka. Dalam situasi tersebut mereka bertindak arif
dengan menyadari bahwa Allah telah menciptakan apa yang terjadi kepada mereka
dan mereka mencoba melakukan sesuatu untuk mengobati lukanya, mencari bantuan,
dan menghentikan kerusakan. Mereka tahu bahwa mereka bertanggung jawab setiap
saat dalam kehidupan duniawi ini untuk bertindak dengan apa yang disukai oleh
Allah.
Dalam Surat Al-Mulk, Allah menerangkan tujuan penciptaan
manusia dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita:
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujimu, siapa di antaramu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Al Mulk,
67:2)
Orang beriman yang menjalani setiap saat dalam kehidupan
dunianya sesuai dengan ajaran Al Qur’an tidak akan membiarkan pikirannya
dikuasai oleh pikiran yang tidak berguna dan tidak masuk akal selama
perjalanan. Dia mengarahkan perhatiannya pada hal dan peristiwa yang dapat dia
renungkan dengan mendalam. Misalnya, mereka yang telah jauh dari ajaran Al
Qur’an, ketika memperhatikan burung yang terbang di udara akan melihatnya
sebagai kejadian biasa. Namun demikian, bagi orang beriman, burung yang jelas
tidak menempel pada suatu apa pun, tetapi tetap melayang di udara yang renggang
dan melakukan gerakan manuver dengan sayapnya yang lemah; dan sayap mereka yang
dirancang agar mereka dapat terbang, bergerak cepat dan melakukan manuver ini;
dan paruh mereka mereka dengan susunan yang diciptakan khusus agar mereka dapat
makan dengan baik; cara terbang mereka, susungan rangka tulang yang khusus, dan
sistem pernapasan, syaraf dan lainnya; susunan aerodinamis dan rumit dari
bulu-bulu mereka; cara pembuatan sarang mereka; alat penginderaan mereka, cara
berburu dan memberi makan, tingkah laku mereka, suara yang mereka buat di saat
kawin dan waktu-waktu lainnya; kenyataan bahwa sistem yang mereka amati pada
burung jelas adalah rancangan yang menakjubkan, adalah bukti keberadaan Allah,
kekuatan, dan ilmu-Nya. Allah menuntun kita untuk memperhatikan hal ini dalam
Al Qur’an: “Dan apakah mereka tidak
memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas
mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu" (QS Al Mulk, 67:19).
Di saat orang beriman berada dalam perjalanan mereka,
mereka mengamati ciptaan yang menakjubkan seperti yang ada di sekeliling
mereka. Mereka menjadi saksi setiap saat akan kekuasaan Allah yang tidak
terbatas.
Dikutip dari Buku: Dua Puluh Empat Jam dalam Kehidupan Seorang Muslim (HarunYahya) www.harunyahya.com
0 comments:
Post a Comment